Telor di dalam Keranjang

Telor di dalam Keranjang

Telor di dalam Keranjang

Telor di dalam Keranjang

WIRALINK – Salam Wirausaha Mandiri!

Saya ingin sedikit bercerita soal kehidupan dan perjalanan bisnis yang pernah dan saat ini sedang saya coba jalani. Tetapi, saya menyatakan bahwa apa yang akan anda baca berikut ini adalah berdasarkan pengalaman saya yang mungkin saja salah dan tidak sesuai saat dipakai dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Silahkan disimak …

Saya yakin anda sudah pernah mendengar dan membaca sebuah pepatah klasik yang menjadi idiom bisnis di seluruh dunia yaitu :

“Don’t put all your eggs in one basket”
“Jangan taruh telor di satu keranjang”

Apa artinya?

Bayangkan contoh simple nya begini, ketika anda mempunyai 20 butir telor dan semua telor ditempatkan dalam satu keranjang maka ketika kita kurang berhati-hati membawa serta menyimpan keranjang tersebut yang membuatnya terjatuh maka (mungkin saja) semua telor akan ikut jatuh dan pecah yang akan menimbulkan kerugian. Ketika keranjang anda hilang atau rusak maka ini berarti anda akan kehilangan seluruh telur yang ada di keranjang tersebut.

Tetapi ketika anda membagi 20 telor dalam beberapa keranjang serta mempercayakan pengawasannya pada beberapa orang maka apabila terjadi suatu resiko (Insya Allah) akan membuat aman sebagian telor yang lain karena tidak ikut terkena dampak resiko tersebut. Misalkan dibagi menjadi 5 buah keranjang maka ketika ada 1 keranjang yang jatuh maka 4 keranjang yang lain bisa diselamatkan.

Benar begitu?

Pelajaran investasi yang populer dan dipraktekkan banyak orang adalah:. Taruh telor di banyak keranjang untuk memperkecil risiko dan menuai hasil yang lebih optimal.

Entrepreneur

Entrepreneur

Sekarang, Ilmu investor ini diadopsi oleh banyak wirausaha dengan membuka banyak usaha dalam waktu yang nyaris bersamaan waktunya. Misal saya langsung membuka 10 jenis usaha, agar kalau delapan mati, masih ada dua yang diharapkan bisa tumbuh dan berkembang serta memberikan hasil sesuai harapan saya.

Yah, saat ini saya sedang melakukannya dalam beberapa bisnis yang saya coba rintis.

Apakah ini berarti saya tidak fokus pada usaha?

Sebelum saya jawab, saya akan bertanya, “Apakah salah jika saya berbuat itu? Apakah anda akan bertanggung jawab dan ikut membantu saya ketika semua telor yang saya miliki berada dalam 1 keranjang dan ternyata keranjang tersebut jatuh atau hilang? Saya rasa anda hanya akan menjadi penonton saja ketika saya dan beberapa wirausaha yang memakai model begini sedang terjatuh atau anda hanya mengucapkan kata ikut bersimpati. Benar begitu?”

Ini adalah sebuah pilihan hidup. Dan, saya harus bisa bertanggung jawab pada kehidupan saya dan keluarga di rumah tanpa harus ikut merepotkan orang lain.

Saya sedang mencoba membangun bisnis kecil ‘start-up’ yang berharap bisa membesar dan berumur panjang. Saat ini, saya langsung membuka 4 jenis usaha dalam waktu nyaris berdekatan dan serempak. Saya membagi bisnis tersebuat menjadi :

  • 2 bisnis yang dijalankan oleh isteri
  • 2 bisnis yang dijalankan oleh saya pribadi.

Tentu saja saya tidak ‘gebyah uyah’ dan ngawur karena masing-masing bisnis tersebut ada kaitannya dan bisa saling membantu. Insya Allah saya akan menambah lagi beberapa jenis bisnis lain yang masih dalam jalur yang sama.

Dahulu, beberapa tahun lalu, saya hanya fokus di 1 bisnis yang menghasilkan pemasukan lumayan dengan mempertaruhakan semua uang yang saya miliki dalam bisnis tersebut. Ketika terjadi ‘krisis global 2007-2008’ maka dalam sekejap bisnis yang saya bangun tersapu badai stunami. Semua asset dan tabungan menghilang terbawa gelombang. Ini menjadi pelajaran yang sangat …. Sangat mahal harganya.

Kini, ketika saya coba membangun bisnis baru, saya membagi modal seadanya yang saya miliki dalam beberapa unit usaha. Beberapa di antaranya mengandalkan dunia online sebagai cara penetrasi pasar dan mencari konsumen baru. Saya hanya tahu bahwa saya harus berjualan dan menawarkan produk yang saya hasilkan untuk membesarkan bisnis saya. Soal berhasil atau gagal biarlan Tuhan YME yang menentukannya. Bekerja!

Ini cara saya berbisnis, menurut pengalaman pribadi, apa yang sudah dan pernah saya alami. Saya tidak peduli soal benar dan salah yang pasti bahwa saya harus bertanggung jawab pada keluarga tercinta di rumah. Saya hanya seorang bonek yang ingin mencoba dan mencoba sampai esok menemukan tempat yang indah dimana (mungkin) saya hanya cukup mengelola 1-2 bisnis yang bisa memberikan hasil berlebih.

Bagaimana dengan anda?

Tulisan ini adalah jawaban atas pertanyaan dan omongan beberapa teman begini, “Apa-apa kok dijual? Bisnis dan usahamu apaan sih?”
Maka saya jawab, “Insya Allah, saat ini saya coba merintis beberapa bisnis dan unit usaha. MASALAH BUAT LOE?”

DISCLAIMER :

  1. Boleh menyebar-luaskan artikel ini asal mencantumkan sumbernya.
  2. DILARANG MENJUAL-BELIKAN (MENGAMBIL KEUNTUNGAN EKONOMIS) DARI ARTIKEL INI TANPA IJIN PENULIS
  3. Tulisan ini hanya ulasan, cara pandang dan penjabaran dalam bahasa sederhana yang saya ketahui sebatas kemampuan. Maaf, saya tidak bermaksud menggurui. Jika anda suka, silahkan share untuk dibaca teman-teman yang lain. Semoga tulisan ini bisa membawa manfaat kebaikan untuk kita bersama.

One Response

Leave a comment